Ada banyak hal yang terkadang mengingatkanku akan masa lalu. Saat saat kecilku dulu. Menyenangkan. Bahkan terkadang membuatku terharu dan bersyukur. Masa kecil yang indah, mungkin gak banyak orang merasakan masa kecil yang menyenangkan sepertiku. Tentu saja tidak semua menyenagkan, tentu ada saat suka dan duka, agar selalu sesimbang hukum alam ini.hehehe Tapi setidaknya, dapat selalu membuatku tersenyum ketika mengenangnya sekarang. =)
# Ana Maria Lu’luil Ma’nunah#
Iya, itu sebuah nama. Nama seorang teman kecilku saat aku Sekolah Dasar (SD). Dia teman yang baik. Banyak hal yang telah ia tunjukkan padaku. Mengajariku hal-hal yang bagiku asing. Dia jauh lebih besar daripada aku yang kecil mungil. Tetapi dia memenggilku dengan sebutan ‘Mbak’ (Yang berarti kakak perempuan). Bahkan dari segi umurpun dia setahun lebih tua dariku.
Dia selalu rajin memanggilku dengan malu-malu didepan pagar samping rumah. Selalu tersenyum malu saat orangtuaku menyuruhnya menunggu di rumah. Aku agaknya masih ingat senyum malu-malunya.hehehe Dia sangat pintar bercerita. Dia punya banyak cerita dari yang lucu sampai seram. Setiap pulang sekolah, aku selalu menyetopnya agar melanjutkan ceritanya sampai habis.hehehe
Dia pernah cerita tentang hantu setengah manusia yang agak fenomenal didaerah sini. Namanya “Farida fasha”. Katanya dia lahir diatas kuburan ibunya. Dan ditemukan anak pondokan sekitar (kebetulan di dekat kuburan ada pondok, yang juga dekat dengan rumah Ana). Dulu ceritanya Farida dikasih 2 cincin, dijari kanan dan kirinya, jika kedua cincin itu lepas, dia bisa jadi manusia seutuhnya. Namun sampai sekarang dia masih punya satu cincin. Jadilah dia manusia setengah hantu. Banyak cerita, bukan hanya dari Ana, yang mengatakan bahwa Farida sering membantu orang-orang yang gak mampu. Seperti ketika ada orang yang mau membangun masjid atau rumah namun ternyata terdapat keterbatasan bahan. Lalu tiba-tiba saja farida membantunya, namun dengan label farida disana.hiiiii serem juga. Yang lebih sering lagi, banyak yang mau memperistri farida. Namun saat didatangi rumahnya, ternyata adalah kuburan ibunya. Usut-punya usut farida memang pernah kuliah didaerah Surabaya, juga bekerja layaknya manusia biasa. Hmmmmmmmmm..
Sekitar 100meter dari rumah Ana, ada rumah kuno yang besar. Rumah itu sangat amat terkenal angker. Ana bersama adik dan kakak perempuannya pernah bermain disana, sekalian mencari buah sawo yang ada didepan rumah itu. Namun tiba-tiba saja ada ‘Wewe gombel’ menghampiri mereka. Saat Ana cerita, aku tidak tahu harus merasa seram atau ketawa membayangkan mereka kalang-kabut berlarian sambil menangis.hehehe
Bapak baru saja pulang dari acara tahlil dengan membawa sekotak makanan. Ada satu pisang besar berwarna merah. Aku tidak tahu ibu menyebutnya apa? Tapi aku bilang dengan mantap bahwa itu namanya “Pisang Gendruwo”.hehehe Ibu agak heran dengan sebutan yang aku berikan pada Pisang itu. Lalu aku bilang, “Iya bu, kata Ana Maria Lu’luil makenunah itu namanya Pisang gendruwo”. Ibu dan Bapak hanya tertawa.
Ana pernah menunjukkan sebuah pohon pisang yang ada didepan rumahnya. Pohonnya berwarna merah kehitaman dengan buahnya yang besar-besar. Ana bilang itu mananya pohon pisang Gendruwo. Aku bertanya kenapa dinamakan seram gitu?? Katanya itu karena pisangnya besar-besar seperti jari Gendruwo, dan warnanya yang tidak biasa seperti darah. Aku sempat berfikir untuk tidak memankanya suatu saat nanti, karena mengerikan.hehehehe
Aku sedang menunggu jemputan didepan Stasiun kota. Didepanku ada beberapa pohon, tapi yang sangat menyita perhatianku adalah pohon kupu-kupu. Itu juga sangat mengingatkanku pada Ana. Rumah Ana memang lebih mirip hutan dari pada dibilang rumah. Karena dari depan, belakang, samping kanan dan kiri dikelilingi pohon-pohon tinggi. Ana bilang pohon kupu-kupu mempunyai bunga yang sangat cantik. Aku membayangkan bagaimana cantiknya? Karena dari daunnya saja sudah terlihat cantik seperti kupu-kupu. Aku harus melihatnya ketika berbunga nanti, kata Ana.hehehe
Saat pulang sekolah, aku dan Ana sering masih duduk-duduk didepan rumah ditepi jalan yang sepi. Lalu Ana mengeluarkan buah berwarna coklat berbentuk bulat dari tasnya. Orang daerah menyebutnya “Kepel”. Karena memang hanya sebesar kepalan tangan. Aku tidak pernah memakannya, aku pernah bilang itu sama Ana. Dan Ana membawakannya untuk dimakan bersama. Rasanya manis dengan biji yang lebih besar daripada buahnya.hehehe
Ana sangat baik. Sangat pintar mengaji. Kami bepisah saat keluar dari Sekolah Dasar. Aku mengambil sekolah dikota, dan Ana memilih tetap disini. Aku jadi janrang bertemu dan mendengar cerita-ceritanya. Aku pernah kerumahnya sesekali karena ada keperluan. Terkadang aku juga bertemu dengan Ana dari balik jendela rumahnya. Dan kami hanya bisa saling melempar senyum. Waktu SMA, aku dengar dia masuk pondok putri. Namun sekarang aku sudah tidak tau dia dimana? Aku harap, dia juga merindukanku, sepertiku. Walau kita tidak berpelukan histeris saat bertemu.hehehe