Tisya's friends

Rabu, 07 Mei 2014

What do u do with your age?

One day, aku pernah ngrasa takut menjadi tua. Sampai-sampai aku harus menutupi tanggal lahirku di facebook agar tidak ada yang tahu berapa tepatnya umurku. Agar mereka melupakan bahwa aku bertambah tua. 

Ah, tapi one day again. Aku liat acara Sarah Sechan, waktu itu bintang tamunya Alvin Adam. Alvin mencoba bertanya tentang umur Sarah, dan dia (sarah) agak malu-malu untuk menjawabnya. Wajar. Dia wanita. Dan kebanyakan wanita suka menutupi ketika ditanya tentang umur, hal yang cukup sensitive bagi wanita katanya. 

Alvin tersenyum saat Sarah mulai pura-pura berfikir tentang berapa umurnya sekarang. Kemudian Alvin berkata, untuk apa malu dengan usia kita, usia itu hanya angka. Yang terpenting adalah apa yang sudah kita lakukan selama usia itu?

Saat itu aku juga jadi ikut tersenyum, ah benar. Usia hanya sebuah angka, untuk apa ditutupi? Terkadang akan lebih bagus ketika banyak orang yang tahu, dan jadi lebih banyak orang yang mendoakan. Tapi jujur saja, aku lebih suka seperti ini, tidak banyak orang yang tahu. Aku pikir, kenapa mereka hanya mendoakan aku dalam 1tahun sekali jika mereka benar-benar peduli padaku? Seharusnya mereka mendoakanku setiap hari saat mereka memang memutuskan untuk peduli padaku. Dan kemudian menganggap setiap hari adalah hari yang special, dan bukan hanya hari tertentu. :)

Usia hanya sebuah angka. Tapi yang terpenting adalah apa yang sudah kita lakukan sampai detik ini, sebanyak angka itu melekat di diri kita? Tentang pencapaian apa yang sudah kita raih?

Kemudian aku mencoba memutar kembali ingatanku tentang hari-hari yang bagiku itu adalah sebuah pencapaian. Mungkin bukan sebuah prestasi besar, seperti mendapat sebuah penghargaan atau kekuasaan. Tapi sebuah pencapaian, kepuasan, sesuatu yang pada saatnya nanti itu akan menjadi sebuah sejarah bagiku.

Hari minggu kemarin, aku, pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti sebuah lomba Marathon Open. Ini untuk pertama kalinya aku ikut acara lomba seperti ini, dan aku sendirian. Tenang saja, aku gak beneran ikut lomba marathon full yang musti lari sejauh 40km tanpa istirahat. Atau mengikuti half-marathon yang harus menyelesaikan jarak 20km tanpa henti juga. Aku hanya mengikuti lomba lari umum dan pencapaianku adalah 1jam 25menit untuk menyelesaikan jarak lari 10km. Tentu saja dengan rentang waktu yang cukup lama itu aku tidak menang, tapi aku tahu aku bukanlah peserta wanita terakhir yang menyelesaikan pertandingan itu. Dan aku tahu bahwa aku bisa jadi lebih baik dari yang lain. Dan bagiku itu adalah sebuah pencapaian.

Kaos dan Nomor dada untuk pertandingan Marathon Open dan 10K

selesai lari ternyata kakiku lecet (maklum udah lama gak lari) hehehe



Sepulang dari pertandingan itu seorang adik kostku bertanya tentang betapa aku adalah orang yang sangat aneh, karena selalu melakukan hal yang gak wajar bagi mereka. Ya, bagi mereka mengikuti lomba marathon 10km itu tidak wajar, mungkin mereka lebih suka duduk atau tiduran saja dikost, dan tidak perlu merasakan betapa sakitnya badan setelah lari sejauh 10km. mereka pikir, itu buang-buang waktu.

Lalu dia mulai mengungkit tentang aku, iya aku, aku yang melakukan perjalanan pulang dari Denpasar-Bali menuju kota Malang dengan mengendarai motor sendiri. Mereka selalu mengulangi pertanyaan yang sama berulang-ulang kali,”kamu beneran naik motor dari Bali ke Malang naik motor??” ”Sendirian??” ”Emang kamu gak takut??” ”yakin kamu sendirian? Alah palingan bohong.” ”Berapa lama emangnya perjalanannya?” ”Trus gimana kamu pas waktu nyebrang dipelabuhan?” “gak kesasar?”

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini pasti akan diulang olehsemua orang yang denger ceritaku tentang bali-malang ini. Kemudian lama-lama aku jadi tidak peduli orang percaya atau tidak? Tetapi itu memang adalah sebuah pencapaianku. Iya, aku melakukan perjalanan selama 12jam non-stop dari Bali ke Malang. Aku  hanya berhenti ketika mengisi di POM-bensin, ketika waktu solat, dan saat mengantuk. Dan waktu terlama yang aku gunakan untuk istirahat adalah saat solat, itupun mungkin hanya sekitar 10 menit. Aku tidak mengkonsumsi nasi selama perjalan, hanya berbekal 2 lembar roti dan 1 botol air minum. Baru setelah sampai di kosan aku membeli makan. Aku berangkat dari jam 06.30 WIT dan sampai dimalang sekitar jam 18.00 WIB karena yang aku ingat aku melakukan solat magrib sudah diwilayah Malang selatan.

Masih tentang sebuah perjalanan. Kali ini adalah perjalanan pertamaku di pulau Borneo. Benar-benar untuk pertama kalinya, dan kota pertama yang aku langkahi adalah Banjarmasin. Dari Banjar masin kota aku dan kakakku menuju daerah bernama Plehari tempat dimana mertua kakakku tinggal. Perjalan itu ditempuh sekitar 2jam lebih. Selam 2hari diPlehari aku memutuskan untuk pergi jalan-jalan sendiri menuju kota, aku mampir sejenak ke pasar Martapura, walau tidak benar-benar masuk kedalam pasar. Dari Martapura aku melanjutkan perjalan sekitar 5jam menuju daerah tambang Batubara di Batu licin. Ya aku menikmati perjalannan panjangku sendiri tanpa sinyal hape. Malam selepas magrib aku sampai, disana aku menginap semalam ditempat saudara sepupuku. Esok harinya aku melakukan perjalanan  menuju  Plehari lagi. Sesampainya disana, aku ditanya macam-macam, meraka bertanya tentang Martapura, dan bagaimana aku bisa kesana? Dimana aku bermalam? Lucunya adalah, saat aku bilang aku bemalam di Batu licin mereka tidak begitu tahu daerah itu. Aku bilang batu licin itu setelahnya Tanah bumbu. Mereka baru mengerti bahwa itu sangat jauh bagi mereka, dan mereka bahkan belum pernah pergi kesana. Kemudian pertanyaan lain pun muncul,”apa kamu pernah kesana sebelumnya?” aku hanya tertawa sekali lagi aku katakana bahwa ini adalah perjalanan pertamaku di Borneo. Kemudian aku memutuskan bahwa ini juga sebuah pencapaianku.

di depan Masjid (lupa namanya) hehehe

ini diambil di depan Martapura :)

Kampung Bali di tengah hutan sawit Banjar

Tambang Batubara

Pantai Angsana

Explore Jogja with Eiger 
Cek point :)

Aku, wanita yang mulai hari ini menapaki umur ke23. Dengan berat badan masih 35kg, dan tinggi kurang dari 1,5meter. Merasa cukup bangga menjadi diriku yang seperti ini, menjadi diriku yang tidak pernah takut untuk menginjakan kakiku dimana saja. Seperti perjalan 19jam menuju kota Bandung lautan api. Explorating Eiger Yogjakarta. Dan perjalanan-perjalanan lain yang akan datang.


Hutan mangrove - Kab. Trenggalek


Aku mungkin bukan seorang pemenang, tetapi aku adalah penulis sejarah dalam hidupku sendiri.
Selamat Ulang Tahun Tisya Anifatul Ulum.
Semoga semakin banyak orang yang diam-diam mendoakanmu dalam sujudnya. Amin :)



Malang, 7 Mei 2014