Tisya's friends

Rabu, 31 Oktober 2012

Detra


Hai Detra, aku mengenalmu saat kau berusia 18 tahun. Kau mengingatnya? Aku masih duduk di bangku remajaku. Bangku SMA. Dan kau sudah berada di perguruan tinggi. Tadinya aku tidak percaya kau dan aku cuma beda 1 tahun. Tapi tingkatan sekolah kita sudah berbeda jauh. Belakangan aku tahu bahwa kau sangat pintar. Dan sangat diandalkan dikeluargamu. Mereka bilang kau jenius.

Jika kau menghitung berapa umurmu sekarang? Kau pasti tahu bahwa aku bukanlah gadis kecil yang kau kenal kemaren sore. Aku sudah hampir lulus kuliah. Kau tahu itu kan? Aku hafal sifatmu walau aku tak pernah melihatmu barang sekejappun. Kau ingat? Aku mengenalmu saat kau lebih sering mengatakan “Gw ingin ikut Mami ke surga” dan bahkan kau lebih ingat kapan Hari Ibu dari pada Hari Ulang Tahunmu. Aku bangga padamu karena kau sangat menghargai Ibu, walaupun kau seringkali menyakiti wanita-wanitamu. Kau masih ingat saat kau malah tertawa ketika kau bercerita padaku bahwa pacarmu pingsan waktu kau minta putus dan kau pergi begitu saja? Aku bilang kau Oon, lalu aku ikut tertawa denganmu. Bagiku itu konyol. Kehilangan pacar bukan berarti kehilangan segalanya.

Ini  sudah tahun ke 5 kita bersama. Dan saat ini aku telah dilamar oleh orang lain. Aku sudah mengatakan padamu, seharusnya kau sudah berlari saat aku bilang cepat lari. Tapi lagi-lagi kau tak mendengarkanku. Aku tidak tahu, apa kau benar-benar tidak mendengarku? Ataukah kau hanya pura-pura tidak mendengarku? Tapi aku sudah hafal sifatmu. Aku rasa kau hanya pura-pura tidak mendengarku. Entahlah, mungkin suaraku terlalu berisik untuk kau turuti. Mungkin bagimu, aku tetaplah anak bau kencur  yang kau kenal di jejaring MIRS waktu itu.

Hahaha aku baru ingat, kau suka mencuri foto-fotoku di Friendster. Kau sekalipun tidak pernah bilang aku cantik. Kau hanya mengatakan aku imut seperti Marmut. Kau benar-benar anti mengatakan aku cantik, sampai-sampai aku harus selalu memaksamu untuk bilang bahwa aku cantik. Hahaha mungkin kau tahu bahwa aku tak begitu suka dipuji. Kau tahu aku hanya selalu bercanda waktu aku bilang bahwa aku marah kalau kau tak mengatakannya. Dan kau selalu tertawa.

Kau pernah nonton acaranya Mario Teguh? Aku pernah ingat di acaranya dia berkata,”Sepasang suami istri yang bercerai berkata,’kami sudah tidak saling memahami’ sebenarnya bukan karena tidak saling paham mereka bercerai, tetapi justru mereka paham bahwa mereka tidak bisa lagi saling melengkapi maka mereka bercerai”.

5 tahun tidak cukup ataukah sudah sangat cukup untuk memahamimu? Aku tidak tahu. Yang aku tahu bahwa sesuatu yang memang telah diberikan untukku, akan selalu kembali padaku. Aku yakin itu. Begitu juga kau. Jika memang kau milikku, tanpa aku harus memaksamu kau harusnya akan ada di depanku. Bukan harus menunggu 5 tahun untuk mendengar suaramu. Bukan harus menunggu 5 tahun untuk melihat sosokmu. Cinta tidak menunggu. Seharusnya kau belajar itu. Menunggu seharusnya bukanlah sebuah pengorbanan cinta. Cinta yang kau maksud, dan yang aku maksudkan berbeda. Mungkin aku melihat cinta di sinetron FTV atau di kumpulan koleksi novelku, sedangkan kau melihat cinta pada dirimu sendiri. Kau melihat cinta tanpa pengorbanan. Kau melihat cinta dengan pandanganmu sendiri.kau melihat cinta dengan cara yang kau sukai. Bagimu, cinta itu tidak sepenting dirimu sendiri.


Jika aku harus mengingat mundur apa saja yang aku lakukan denganmu? Tentu saja aku Cuma bisa tersenyum. Lucu. Kau tahu bahwa didunia ini Tuhan menciptakan segalanya secara berpasang-pasangan? Kita bertemu, lalu berpisah. Kita tertawa, lalu menangis. Kita hidup, lalu mati. Itu hukum alam, dan kita pasti melaluinya. Dan mungkin inilah waktunya.

Kau ingat? Aku dulu sering mengatakan bahwa kau adalah cerminku? Sayangnya cermin itu rentan. Jika saja aku tak hati-hati, cermin itu akan pecah, dan kau tak lagi sama. Aku tahu banyak hal yang harus berubah. Namun terkadang aku tidak siap untuk sebuah perubahan. Dan mungkin kali ini, perubahan itu dimulai saat kau tak lagi menemaniku.

Tidak ada komentar: