Hai Detra, aku mengenalmu saat
kau berusia 18 tahun. Kau mengingatnya? Aku masih duduk di bangku remajaku.
Bangku SMA. Dan kau sudah berada di perguruan tinggi. Tadinya aku tidak percaya
kau dan aku cuma beda 1 tahun. Tapi tingkatan sekolah kita sudah berbeda jauh.
Belakangan aku tahu bahwa kau sangat pintar. Dan sangat diandalkan
dikeluargamu. Mereka bilang kau jenius.
Jika kau menghitung berapa umurmu
sekarang? Kau pasti tahu bahwa aku bukanlah gadis kecil yang kau kenal kemaren
sore. Aku sudah hampir lulus kuliah. Kau tahu itu kan? Aku hafal sifatmu walau
aku tak pernah melihatmu barang sekejappun. Kau ingat? Aku mengenalmu saat kau
lebih sering mengatakan “Gw ingin ikut Mami ke surga” dan bahkan kau lebih
ingat kapan Hari Ibu dari pada Hari Ulang Tahunmu. Aku bangga padamu karena kau
sangat menghargai Ibu, walaupun kau seringkali menyakiti wanita-wanitamu. Kau
masih ingat saat kau malah tertawa ketika kau bercerita padaku bahwa pacarmu
pingsan waktu kau minta putus dan kau pergi begitu saja? Aku bilang kau Oon,
lalu aku ikut tertawa denganmu. Bagiku itu konyol. Kehilangan pacar bukan berarti
kehilangan segalanya.
Ini sudah tahun ke 5 kita bersama. Dan saat ini
aku telah dilamar oleh orang lain. Aku sudah mengatakan padamu, seharusnya kau
sudah berlari saat aku bilang cepat lari. Tapi lagi-lagi kau tak
mendengarkanku. Aku tidak tahu, apa kau benar-benar tidak mendengarku? Ataukah
kau hanya pura-pura tidak mendengarku? Tapi aku sudah hafal sifatmu. Aku rasa
kau hanya pura-pura tidak mendengarku. Entahlah, mungkin suaraku terlalu
berisik untuk kau turuti. Mungkin bagimu, aku tetaplah anak bau kencur yang kau kenal di jejaring MIRS waktu itu.
Hahaha aku baru ingat, kau suka
mencuri foto-fotoku di Friendster. Kau sekalipun tidak pernah bilang aku
cantik. Kau hanya mengatakan aku imut seperti Marmut. Kau benar-benar anti
mengatakan aku cantik, sampai-sampai aku harus selalu memaksamu untuk bilang
bahwa aku cantik. Hahaha mungkin kau tahu bahwa aku tak begitu suka dipuji. Kau
tahu aku hanya selalu bercanda waktu aku bilang bahwa aku marah kalau kau tak
mengatakannya. Dan kau selalu tertawa.
Kau pernah nonton acaranya Mario
Teguh? Aku pernah ingat di acaranya dia berkata,”Sepasang suami istri yang
bercerai berkata,’kami sudah tidak saling memahami’ sebenarnya bukan karena
tidak saling paham mereka bercerai, tetapi justru mereka paham bahwa mereka
tidak bisa lagi saling melengkapi maka mereka bercerai”.
5 tahun tidak cukup ataukah sudah
sangat cukup untuk memahamimu? Aku tidak tahu. Yang aku tahu bahwa sesuatu yang
memang telah diberikan untukku, akan selalu kembali padaku. Aku yakin itu.
Begitu juga kau. Jika memang kau milikku, tanpa aku harus memaksamu kau
harusnya akan ada di depanku. Bukan harus menunggu 5 tahun untuk mendengar
suaramu. Bukan harus menunggu 5 tahun untuk melihat sosokmu. Cinta tidak
menunggu. Seharusnya kau belajar itu. Menunggu seharusnya bukanlah sebuah
pengorbanan cinta. Cinta yang kau maksud, dan yang aku maksudkan berbeda.
Mungkin aku melihat cinta di sinetron FTV atau di kumpulan koleksi novelku,
sedangkan kau melihat cinta pada dirimu sendiri. Kau melihat cinta tanpa
pengorbanan. Kau melihat cinta dengan pandanganmu sendiri.kau melihat cinta
dengan cara yang kau sukai. Bagimu, cinta itu tidak sepenting dirimu sendiri.
Jika aku harus mengingat mundur
apa saja yang aku lakukan denganmu? Tentu saja aku Cuma bisa tersenyum. Lucu.
Kau tahu bahwa didunia ini Tuhan menciptakan segalanya secara
berpasang-pasangan? Kita bertemu, lalu berpisah. Kita tertawa, lalu menangis.
Kita hidup, lalu mati. Itu hukum alam, dan kita pasti melaluinya. Dan mungkin
inilah waktunya.
Kau ingat? Aku dulu sering
mengatakan bahwa kau adalah cerminku? Sayangnya cermin itu rentan. Jika saja
aku tak hati-hati, cermin itu akan pecah, dan kau tak lagi sama. Aku tahu
banyak hal yang harus berubah. Namun terkadang aku tidak siap untuk sebuah
perubahan. Dan mungkin kali ini, perubahan itu dimulai saat kau tak lagi
menemaniku.